PENGUTUSAN
Kata pengutusan merupakan sebuah kata benda
abstrak. Kata pengutusan berasal dari kata dasar ‘utus’. Mengutus merupakan
sebuah kata kerja yang menyatakan tindakan melakukan pengutusan terhadap
seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan atau misi.
Orang yang diutus untuk melakukan sebuah
pekerjaan atau misi disebut ‘utusan’. Bila ada pengutusan berarti ada yang
mengutus dan ada yang diutus. Yang melakukan pengutusan biasanya adalah
pimpinan, raja, atau Tuhan. Dan yang diutus biasanya adalah orang yang dipercaya,
siap, dan rela untuk melakukan suatu tugas pekerjaan atau misi yang diamanatkan
padanya.
Pimpinan sebuah Negara, seperti presiden atau
raja sebuah Negara misalnya mengutus seseorang sebagai perwakilan Negaranya di
sebuah Negara lain yang disebut Duta Besar. Duta Besar ini berfungsi sebagai
perantara (agen) dalam berbagai urusan Negara yang diwakilinya dengan Negara
lain dimana dia ditugaskan.
Tuhan Yesus Kristus sebagai Raja segala raja,
pemimpin surga dan dunia melakukan tugas dan misi-Nya dari surga ke dunia
setiap saat. Dari Alkitab kita
mengetahui bahwa Tuhan melakukan tugas dan misi-Nya di dunia dengan cara dan
kehendak-Nya sendiri.
Tuhan pernah melaksanakan pekerjaannya di
dunia secara pribadi, seperti Dia memberikan kesepuluh Perintah Tuhan kepada
Musa di gunung Sinai. Dan juga pada saat Dia menuntun bangsa Israel keluar dari
Mesir sampai ke tanah Perjanjian. Tuhan melaksanakan pekerjaan dan misi-Nya di
dunia melalui malaikat, seperti waktu Malaikat Gabriel memberitahukan tentang
kelahiran Yesus melalui Maria.
Dari Alkitab dan sejarah perjalanan
kekristenan kita dapat mengetahui bahwa Tuhan jarang menggunakan kedua cara
yang telah disebutkan di atas, terutama saat sekarang ini. Terlebih sejak
kedatangan Yesus Kristus ke dunia dan sesudahnya, Tuhan melakukan pekerjaan dan
misi-Nya melalui manusia.
Hal ini harus kita ketahui dan renungkan bahwa
Tuhan Yesus Kristus memilih melakukan pekerjaan dan misi-Nya melalui kita,
melalui orang-orang yang dikehendaki-Nya.
Oleh karena itu kita harus mempersiapkan
diri, pelajari dan teliti Firman Tuhan, berdoa dengan tak jemu-jemu kepada
Tuhan agar kita taat dan siap untuk diutus oleh Tuhan melakukan pekerjaan dan
misi-Nya di dunia. Tuhan tidak sembarangan mengutus seseorang untuk melakukan
pekerjaan dan misi-Nya di dunia.
Dia memilih dan mengutus hanya orang-orang
yang sungguh mengasihi Dia. Seperti dikatakan dalam Firman Tuhan: “Mata TUHAN
menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang
bersungguh-sungguh hati terhadap Dia.” (2 Tawarikh 16:9)
Jadi jelaslah bahwa Tuhan senantiasa
menjelajah dunia mencari orang-orang yang tepat, dan Dia hanya mengutus orang
yang sungguh mengasihi Dia. Mengasihi Tuhan berarti melakukan seluruh
perintah-Nya. Tidak mencari uang. Tidak menjadi gembala upahan.
Dengan adanya pengutusan seseorang oleh Tuhan
berarti terjadi kerja sama antara Tuhan dan manusia. Namun pengutusan itu bukan
dengan rekayasa manusia tetapi semata-mata atas otoristas Tuhan sendiri yang
selalu menjelajah dunia mencari dan memilih orang yang setia kepada-Nya, dan
peduli dengan apa yang diperdulikan oleh Tuhan.
Bila Tuhan menemukan kita setia pada-Nya, dan
peduli dengan apa yang Dia perdulikan maka Dia akan memilih kita, menetapkan
kita, dan mengutus kita dengan menyatakan kuasa-Nya dalam hidup kita.
Untuk mengetahui lebih banyak tentang
pengutusan ini, maka kita perlu belajar dari para nabi dan rasul Tuhan. Pada
kesempatan kali ini, kita akan belajar dari seorang nabi Tuhan bernama Yesaya.
Dengan membaca dengan teliti dan seksama
kitab Yesaya, kita bisa mengetahui bagaimana seorang manusia biasa sama seperti
kita diijinkan Tuhan menyaksikan dan mendengarkan percakapan Tuhan di Surga di
sekitar Tahta Allah yang maha Kuasa itu. Tidak hanya menyaksikan bahkan dia
diikutsertakan dalam percakapan itu.
Marilah kita ikut juga mendengarkan
percakapan tersebut: “Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di
atas tahta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci.
(Yesaya 6:1) Sebuah penglihatan yang luar biasa bukan?
Jika kita membaca seluruh pasal ini, kita
akan menyaksikan adegan peristiwa yang sangat luar biasa. Seorang manusia biasa
diijinkan bergabung dengan Allah untuk melakukan agenda Surga untuk dunia.
Bahkan Tuhan mengutus Yesaya untuk melakukan misi yang diagendakan Surga untuk
dunia.
Yesaya memusatkan pendengarannya: “Lalu aku
mendengar suara Tuhan berkata: “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang
akan pergi untuk Aku?” Maka sahutku: “Ini aku, utuslah Aku!” (Yesaya 6:8).
Dalam hal ini, kita dapat melihat sebuah iman yang sungguh luar biasa.
Tampaknya Yesaya sungguh taat dan mengasihi
Tuhan. Begitu Yesaya mendengar Tuhan bertanya: “Siapa yang akan Kuutus, dan
siapakah yang akan pergi untuk Aku?” Yesaya langsung berseru. Tanpa basa basi,
dia dengan penuh percaya meminta Tuhan untuk mengutus dia, dengan tegas dia
meminta: “Ini aku, utuslah aku!”
Bagaimana dengan kita?
Apakah kita juga mau diutus oleh Tuhan?
Apakah kita juga mau pergi untuk melakukan kehendak Tuhan, bukan kehendak kita?
Percayalah saudaraku, firman Tuhan yang telah ditulis dan tersedia dalam
alkitab tidak diperuntukkan hanya untuk para nabi dan rasul atau orang-orang
yang hidup pada zaman dulu, dan khususnya firman Tuhan yang kita baca di atas
tidak dikhususkan hanya untuk nabi Yesaya.
Tetapi Tuhan menyuruh Yesaya menuliskannya
juga untuk kita. Bila hari ini saudara dan saya mendengarkan firman Tuhan ini
dimana Tuhan mengajukan dua pertanyaan kepada saudara dan saya: “Siapakah yang
akan Kuutus?, Dan siapakah yang akan pergi untuk Aku?”
Apa jawaban yang akan kita berikan? Tuhan
sedang menunggu jawaban kita. Mungkin pastor, gembala yang telah diurapi Tuhan
telah mewakili Tuhan mengajukan pertanyaan tersebut, tapi kita kurang atau
tidak menanggapinya.
Ada juga beberapa orang yang menanggapinya,
tetapi hanya sebagian atau satu dua orang saja yang pergi. Mungkin mereka
memberikan berbagai macam alasan dalam jawaban mereka yang melawan Tuhan
seperti yang terjadi dengan nabi Yunus.
Tuhan mengutus Yunus untuk mengantarkan
mujizat kepada orang-orang Niniwe, tetapi justru mujizat Tuhan terjadi atas
Yunus sendiri. Saudara tentu sudah tahu bahwa setelah ditelan ikan, Yunus
dimuntahkan ikan tersebut dalam keadaan hidup walau berlendir.
Walaupun Yunus melawan terhadap Tuhan namun
kehendak Tuhan tetap terlaksana seperti yang Tuhan telah tetapkan. Ingatlah
saudaraku, petiklah pelajaran dari kedua nabi tersebut. Walapun saudara tidak
mau diutus, atau mau diutus tapi tidak mau pergi namun agenda Tuhan akan tetap
terlaksana.
Kita sendirilah yang rugi jika kita tidak mau
diutus, dan tidak mau pergi untuk Tuhan. Marilah kita menanggapi undangan Tuhan
yang berupa pertanyaan tersebut dengan jawaban seperti yang diberikan oleh
Yesaya.
Adegan yang diperlihatkan oleh Yesaya kepada
kita merupakan pengalaman yang sangat berharga dan menjadi pelajaran bagi kita
bagaimana kita harus menaggapi undangan Tuhan dengan mengiakannya.