google-site-verification: googlee10025ebf65670c5.html 0812.8337.2796 PENGUTUSAN SESEORANG UNTUK SUATU MISI - Heldin Manurung

10


PENGUTUSAN


Kata pengutusan merupakan sebuah kata benda abstrak. Kata pengutusan berasal dari kata dasar ‘utus’. Mengutus merupakan sebuah kata kerja yang menyatakan tindakan melakukan pengutusan terhadap seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan atau misi.

Orang yang diutus untuk melakukan sebuah pekerjaan atau misi disebut ‘utusan’. Bila ada pengutusan berarti ada yang mengutus dan ada yang diutus. Yang melakukan pengutusan biasanya adalah pimpinan, raja, atau Tuhan. Dan yang diutus biasanya adalah orang yang dipercaya, siap, dan rela untuk melakukan suatu tugas pekerjaan atau misi yang diamanatkan padanya.

Pimpinan sebuah Negara, seperti presiden atau raja sebuah Negara misalnya mengutus seseorang sebagai perwakilan Negaranya di sebuah Negara lain yang disebut Duta Besar. Duta Besar ini berfungsi sebagai perantara (agen) dalam berbagai urusan Negara yang diwakilinya dengan Negara lain dimana dia ditugaskan.

Tuhan Yesus Kristus sebagai Raja segala raja, pemimpin surga dan dunia melakukan tugas dan misi-Nya dari surga ke dunia setiap saat. Dari Alkitab  kita mengetahui bahwa Tuhan melakukan tugas dan misi-Nya di dunia dengan cara dan kehendak-Nya sendiri.

Tuhan pernah melaksanakan pekerjaannya di dunia secara pribadi, seperti Dia memberikan kesepuluh Perintah Tuhan kepada Musa di gunung Sinai. Dan juga pada saat Dia menuntun bangsa Israel keluar dari Mesir sampai ke tanah Perjanjian. Tuhan melaksanakan pekerjaan dan misi-Nya di dunia melalui malaikat, seperti waktu Malaikat Gabriel memberitahukan tentang kelahiran Yesus melalui Maria.

Dari Alkitab dan sejarah perjalanan kekristenan kita dapat mengetahui bahwa Tuhan jarang menggunakan kedua cara yang telah disebutkan di atas, terutama saat sekarang ini. Terlebih sejak kedatangan Yesus Kristus ke dunia dan sesudahnya, Tuhan melakukan pekerjaan dan misi-Nya melalui manusia.

Hal ini harus kita ketahui dan renungkan bahwa Tuhan Yesus Kristus memilih melakukan pekerjaan dan misi-Nya melalui kita, melalui orang-orang yang dikehendaki-Nya.

Oleh karena itu kita harus mempersiapkan diri, pelajari dan teliti Firman Tuhan, berdoa dengan tak jemu-jemu kepada Tuhan agar kita taat dan siap untuk diutus oleh Tuhan melakukan pekerjaan dan misi-Nya di dunia. Tuhan tidak sembarangan mengutus seseorang untuk melakukan pekerjaan dan misi-Nya di dunia.

Dia memilih dan mengutus hanya orang-orang yang sungguh mengasihi Dia. Seperti dikatakan dalam Firman Tuhan: “Mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh-sungguh hati terhadap Dia.” (2 Tawarikh 16:9) 

Jadi jelaslah bahwa Tuhan senantiasa menjelajah dunia mencari orang-orang yang tepat, dan Dia hanya mengutus orang yang sungguh mengasihi Dia. Mengasihi Tuhan berarti melakukan seluruh perintah-Nya. Tidak mencari uang. Tidak menjadi gembala upahan.

Dengan adanya pengutusan seseorang oleh Tuhan berarti terjadi kerja sama antara Tuhan dan manusia. Namun pengutusan itu bukan dengan rekayasa manusia tetapi semata-mata atas otoristas Tuhan sendiri yang selalu menjelajah dunia mencari dan memilih orang yang setia kepada-Nya, dan peduli dengan apa yang diperdulikan oleh Tuhan.

Bila Tuhan menemukan kita setia pada-Nya, dan peduli dengan apa yang Dia perdulikan maka Dia akan memilih kita, menetapkan kita, dan mengutus kita dengan menyatakan kuasa-Nya dalam hidup kita.

Untuk mengetahui lebih banyak tentang pengutusan ini, maka kita perlu belajar dari para nabi dan rasul Tuhan. Pada kesempatan kali ini, kita akan belajar dari seorang nabi Tuhan bernama Yesaya.

Dengan membaca dengan teliti dan seksama kitab Yesaya, kita bisa mengetahui bagaimana seorang manusia biasa sama seperti kita diijinkan Tuhan menyaksikan dan mendengarkan percakapan Tuhan di Surga di sekitar Tahta Allah yang maha Kuasa itu. Tidak hanya menyaksikan bahkan dia diikutsertakan dalam percakapan itu.

Marilah kita ikut juga mendengarkan percakapan tersebut: “Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas tahta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci. (Yesaya 6:1) Sebuah penglihatan yang luar biasa bukan?

Jika kita membaca seluruh pasal ini, kita akan menyaksikan adegan peristiwa yang sangat luar biasa. Seorang manusia biasa diijinkan bergabung dengan Allah untuk melakukan agenda Surga untuk dunia. Bahkan Tuhan mengutus Yesaya untuk melakukan misi yang diagendakan Surga untuk dunia.

Yesaya memusatkan pendengarannya: “Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang akan pergi untuk Aku?” Maka sahutku: “Ini aku, utuslah Aku!” (Yesaya 6:8). Dalam hal ini, kita dapat melihat sebuah iman yang sungguh luar biasa.

Tampaknya Yesaya sungguh taat dan mengasihi Tuhan. Begitu Yesaya mendengar Tuhan bertanya: “Siapa yang akan Kuutus, dan siapakah yang akan pergi untuk Aku?” Yesaya langsung berseru. Tanpa basa basi, dia dengan penuh percaya meminta Tuhan untuk mengutus dia, dengan tegas dia meminta: “Ini aku, utuslah aku!”

Bagaimana dengan kita?

Apakah kita juga mau diutus oleh Tuhan? Apakah kita juga mau pergi untuk melakukan kehendak Tuhan, bukan kehendak kita? Percayalah saudaraku, firman Tuhan yang telah ditulis dan tersedia dalam alkitab tidak diperuntukkan hanya untuk para nabi dan rasul atau orang-orang yang hidup pada zaman dulu, dan khususnya firman Tuhan yang kita baca di atas tidak dikhususkan hanya untuk nabi Yesaya.

Tetapi Tuhan menyuruh Yesaya menuliskannya juga untuk kita. Bila hari ini saudara dan saya mendengarkan firman Tuhan ini dimana Tuhan mengajukan dua pertanyaan kepada saudara dan saya: “Siapakah yang akan Kuutus?, Dan siapakah yang akan pergi untuk Aku?”

Apa jawaban yang akan kita berikan? Tuhan sedang menunggu jawaban kita. Mungkin pastor, gembala yang telah diurapi Tuhan telah mewakili Tuhan mengajukan pertanyaan tersebut, tapi kita kurang atau tidak menanggapinya.

Ada juga beberapa orang yang menanggapinya, tetapi hanya sebagian atau satu dua orang saja yang pergi. Mungkin mereka memberikan berbagai macam alasan dalam jawaban mereka yang melawan Tuhan seperti yang terjadi dengan nabi Yunus.

Tuhan mengutus Yunus untuk mengantarkan mujizat kepada orang-orang Niniwe, tetapi justru mujizat Tuhan terjadi atas Yunus sendiri. Saudara tentu sudah tahu bahwa setelah ditelan ikan, Yunus dimuntahkan ikan tersebut dalam keadaan hidup walau berlendir.

Walaupun Yunus melawan terhadap Tuhan namun kehendak Tuhan tetap terlaksana seperti yang Tuhan telah tetapkan. Ingatlah saudaraku, petiklah pelajaran dari kedua nabi tersebut. Walapun saudara tidak mau diutus, atau mau diutus tapi tidak mau pergi namun agenda Tuhan akan tetap terlaksana.

Kita sendirilah yang rugi jika kita tidak mau diutus, dan tidak mau pergi untuk Tuhan. Marilah kita menanggapi undangan Tuhan yang berupa pertanyaan tersebut dengan jawaban seperti yang diberikan oleh Yesaya.

Adegan yang diperlihatkan oleh Yesaya kepada kita merupakan pengalaman yang sangat berharga dan menjadi pelajaran bagi kita bagaimana kita harus menaggapi undangan Tuhan dengan mengiakannya.